Friday 10 July 2015

Nikmat Yang Sesungguhnya - Part 3 (Inspired by Riskha Fairunnisa)

Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, tempat, maupun kejadian, itu hanyalah kebetulan semata

WARNING: Tidak disarankan untuk membaca fanfict ini bagi yang berusia di bawah 18 tahun


Boy dan Ikha telah resmi menjadi suami-istri. Di suatu malam, mereka berdua menikmati makan malam bersama di sebuah restoran sambil bermesraan.
Boy: "Sayang, malam ini kita makan sepiring berdua yuk,"
Ikha: "Aku rela ngelakuin apa aja buat kamu, Mas,"
Boy: "Nah, trus kita mau makan apa?,"
Ikha: "Pengen banget makan nasi goreng,"
Boy: "Oke, ntar Abang pesenin yaa," 
Mereka berdua pun akhirnya memesan satu porsi makanan untuk dimakan berdua. Sambil menunggu makanan disajikan, tiba-tiba Fartes dan Rica menyapa mereka berdua, menanyakan kabar tentang Boy dan Ikha. Saat itu, kehamilan Rica telah mencapai usia tujuh bulan dan semakin mendekati waktu kelahiran bayinya.
Fartes: "Wah keren Pak Haji, udah nikah ya?,"
Boy: "Iya, baru aja ini,"
Rica: "Selamat ya Kha, akhirnya kamu jadi istri teman suamiku,"
Ikha: "Sama-sama. Eh, kita udah lama ya nggak ketemu,"
Rica: "Kamu temenku waktu kuliah kan?,"
Ikha: "Iya, aku inget,"
Fartes: "Dah berapa lama nih?,"
Boy: "Baru beberapa hari yang lalu dah ijab qabul,"
Lalu Boy, Ikha, Fartes, dan Rica akhirnya makan bersama di restoran itu sambil bercengkerama. Mereka juga ikut meluangkan waktu itu sebagai waktu bersilaturrahmi.
Sepulang dari restoran, mereka berdua untuk pertama kalinya tidur di satu ranjang dalam rumah yang baru saja dibeli beserta isi di dalamnya. Boy dan Ikha pun naik ke atas ranjang untuk tidur bersama. Mereka berdua pun menarik selimut agar tidak terlalu kedinginan. Dan nampaknya Boy memang sudah sangat ingin sekali untuk bersenggama dengan Ikha. Boy hanya tidur dengan mengenakan celana dalam saja dengan maksud untuk memperbesar penis saat berhubungan suami istri.
Boy: "Sayang, aku pengen lakuin sesuatu sama kamu,"
Ikha: "Kamu pengen ngapain, Mas?,"
Boy: "Kamu nurut aja dah sama aku. Aku mau lakuin apa aja, kamu yang kuat ya,"
Ikha: "Gak apa-apa kok Mas, aku siap apapun yang Mas pengen,"
Boy: "Aku mau pegang buah dadamu,"
Ikha: "Silahkan Mas kalau kamu mau,"

Hasrat Boy pada Ikha rupanya semakin menjadi-jadi. Penis Boy nampak semakin membesar bersamaan dengan nafsu syahwat yang makin memuncak dan Boy pun melepas celana dalamnya. Boy kemudian mencoba membuka baju dan bra yang dikenakan Ikha, lalu ia pun melakukan kontak badan dengan Ikha dengan cara tengkurap di atas tubuh Ikha sambil memegang erat badannya dan ia pun juga mencoba meremas-remas payudara Ikha.

Ikha: "Aduhhh Maaasss enaknya Maaasss, pengen lagi," (dengan nada mendesah)
Boy: (mencoba meremas-remas lagi)
Ikha: "Enak banget Mas, yang lebih enak lagi donk," (dengan nada mendesah)
Boy: (tangannya meremas-remas lagi) "Kamu mau yang lebih enak lagi? Aku pengen icipin kamu jauh lebih nikmat,"
Ikha: "Kalau itu yang kamu mau, aku rela Mas. Aku rela Mas buat ngelayanin kamu ML malam ini,"
Boy: (membuka resleting rok Ikha dan melucutinya, kemudian membuka celana dalam Ikha)

Nafsu syahwat Boy semakin lama semakin tak terbendung. Tak puas hanya dengan meremas payudara Ikha, Boy ingin sekali mencoba kenikmatan hubungan seksual dengan Ikha yang jauh lebih berani. Dia pun mencoba menelanjangi Ikha, dengan melepaskan rok pendek dan celana dalam yang dikenakan Ikha dengan penuh nafsu. Penis Boy pun makin membesar dan mengeras. Boy terlebih dulu mengucap basmalah, lalu ia pun menancapkan penisnya ke dalam vagina Ikha secara perlahan-lahan hingga makin membesar dan mengeluarkan air mani. Dan ini pertama kalinya Ikha merasakan sentuhan penis sang suami beserta bulunya yang lebat sekaligus meraskan kentalnya air mani yang disemprotkan oleh Boy kepadanya.

Boy: "Akhhh, akhhh, akhhh, akhhh, akhh (crot crot crot crot crot)," (mendesah sambil mengeluarkan air mani)
Ikha: "Aaaahhh enak Maaassss, pengen lagi dong Mas," (jawab dengan nada mendesah)
(Boy menarik penisnya keluar vagina, lalu memasukkannya lagi ke dalam vagina Ikha)
Boy: "Ikeehhh, ikeeehh, ikeeeehh, kimochi, kimochi, aaakkkhhh, aaakkkhhhh, aaaaakkkhh, aaaakkhhhhh, aaakkkhhh, aaakkhhh, akkkkhhhh (crot crot crot crot crot)," (kembali mengeluarkan air maninya)
Ikha: "Aduhhhh Maaasssss, enaaakk enaaakk, masih mau lagi," (mendesah)
Boy: (mengeluarkan lalu menancapkan penisnya lagi) "Ikeh ikeh ikeh ikeh ikeh kimochi kimochi kimochi kimochi ahh ahh ahh ahh ahh ahhh ahhh (crot crot crot)," (Boy mengeluarkan air maninya lagi)
Ikha: "Aduh Mas, enaknya Mas," (kata Ikha dengan mendesah)

Hingga 30 menit, Boy belum berhenti melakukan hubungan intimnya dengan Ikha. Boy pun terus-menerus menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Ikha hingga orgasme. Setelah Boy mengalami orgasme dan Ikha terlihat kelelahan, mereka berdua pun tidur dengan pulas dalam keadaan junub dan kasur dalam keadaan basah oleh tumpahan sperma yang keluar saat keduanya bersenggama.

Sebulan Kemudian

Boy asyik menikmati pekerjaannya di tempatnya ia bekerja, PT. Gesrek Sekali. Di suatu waktu, Boy diajak bicara oleh Kinal, atasannya yang merupakan CEO sekaligus pemilik perusahaan tersebut.

Kinal: "Boy, gua punya kabar gembira nih buat kamu,"
Boy: "Ada apa bos?,"
Kinal: "Ayo kita bicarakan hal ini di ruang saya, ini penting,"

Lalu Kinal mengajak Boy untuk berbicara mengenai jabatan Boy di perusahaan tersebut, karena Kinal mengenal sosok Boy sebagai seorang pekerja keras namun tetap religius.

Kinal: "Mulai hari ini, kamu resmi naik pangkat sebagai Wakil Direktur perusahaan ini. Gajimu akan saya naikkan buat menghidupi keluargamu,"
Boy: "Alhamdulillah makasih Ya Allah, akhirnya gajiku naik buat biayai keluargaku ini Ya Allah," (sambil sujud syukur)
Kinal: "Selamat buat kamu, kamu tetap semangat ya kerjanya untuk majuin perusahaan ini dan juga buat hidupin keluargamu, barangkali istrimu sekarang lagi hamil,"
Boy: "Wah bos ini ngerti juga kalau istri saya lagi hamil. Makasih bos,"
Kinal: "Sama-sama. Semangat yaa,"

Lima Bulan Kemudian

Perut Ikha mulai membesar seiring dengan usia kehamilan yang makin bertambah. Dia pun mengambil cuti dari tempatnya bekerja untuk fokus pada kehamilannya. Meski dia dalam keadaan hamil, Ikha tetap menjalani tugasnya sebagai seorang istri demi kecintaannya pada Boy, suaminya.

Ikha: "Ini Mas, sarapannya sebelum berangkat kerja,"
Boy: "Makasih sayang, kamu kok bisa kuat masak sih, padahal lagi hamil?,"
Ikha: "Aku gini cuma karena sayang sama kamu, Mas,"
Boy: "Subhanallah, kamu baik sekali. Seneng Abang punya istri kayak gini," (Boy mengelus-elus perut Ikha)
Ikha: "Kamu bisa aja sih Mas, aku tambah demen banget sama kamu," (sambil mencubit pipi Boy dengan penuh rasa sayang)

Boy kemudian menyelesaikan sarapannya dan segera berangkat ke kantornya. Kemudian Boy berpamitan dengan Ikha, istri kesayangannya dan berangkat menuju kantor dengan hati-hati.

== TO BE CONTINUED ==

1 comment: