IF48 - Kondusifitas sepak bola Indonesia kian kritis. Ketika harapan PSSI untuk
duduk bersama Kemenpora dan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI)
belum berbalas, Kemenpora justru menggaris bawahi kemungkinan jatuhnya
sanksi untuk PSSI pekan ini.
Sebelumnya, sebagai buntut tetap bermainnya Arema dan Persebaya
mengikuti ISL atau QNB League 2015, Kemenpora melayangkan surat teguran
pada PSSI, Rabu lalu (8/4). Dalam surat teguran itu, PSSI dianggap
melanggar keputusan BOPI. Kemenpora meminta PSSI memerintahkan Arema dan
Persebaya segera melaksanakan keputusan BOPI terkait syarat legalitas
klub dalam waktu tujuh hari sejak teguran tertulis itu.
Tentu saja hal ini membuat PSSI dan 18 klub ISL berang. Salah satu anggota Tim Sinergis Ad-hoc PSSI yang sekaligus komentator tinju di TVOne, Mahfudin Nigara, mencoba menantang Menpora untuk berdiskusi.
"Kami tantang Kemenpora melakukan pertemuan agar semua masalah bisa
dibicarakan dan dicari jalan keluarnya. Gelar debat terbuka misalnya,"
kata salah satu anggota Komite Sinergi, Mahfudin Nigara, di Jakarta,
Senin (13/4/2015).
Namun, dia mengakui bahwa pihaknya belum melayangkan surat resmi kepada
Kemenpora untuk pertemuan. "Seharusnya, Kemenpora saja yang memanggil
kami tanpa surat menyurat. Kemenpora punya hak untuk itu," jelas Nigara.
Sebelumnya, konflik sepak bola nasional kian panas ketika Kemenpora
melalui BOPI berikap keras atas masih diikutkannya Persebaya dan Arema
pada kompetisi ISL/QNB League. Padahal, BOPI dan Kemenpora tidak
merekomendasikan kedua klub itu untuk mengikuti kompetisi. Persebaya dan
Arema disebut masih terkendala aspek legalitas, bahkan dikatakan dalam
sengketa.
Seiring dengan itu, Komite Eksekutif (Exco) PSSI memutuskan menunda
kompetisi sejak 12 April 2015 hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Keputusan penundaan diambil karena PSSI ingin menemukan jalan keluar
terkait polemik ini.
No comments:
Post a Comment