Thursday 19 February 2015

Suryopratomo: BOPI Jangan Menjadi Sumber Masalah

Catatan Suryopratomo Soal Kompetisi 
IF48 - Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) meminta Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk menunda pelaksanaan kompetisi Indonesia Super Leage (ISL) 2015. Alasannya, banyak hal yang berkaitan dengan tunggakan gaji pemain, izin kerja bagi para pemain asing yang belum tuntas dan akan menimbulkan persoalan di kemudian hari.

Pihak Liga Indonesia berpendapat bahwa pelaksanaan kompetisi tidak mungkin ditunda lagi. Penundaan tidak menyelesaikan persoalan, tetapi jusru memunculkan persoalan yang baru. Untuk itu kompetisi ditetapkan berjalan sesuai jadwal semula.

Liga Indonesia berpendapat, persoalan yang selama ini mengganjal sudah diselesaikan. Tunggakan gaji pemain yang dihadapi Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya sudah dilunasi.

Kompetisi sepak bola tidak mungkin ditetapkan untuk dijalankan atau ditunda dengan seenaknya. Jadwal kompetisi sudah diatur sejak kompetisi tahun lalu berakhir dengan memperhatikan jadwal kompetisi internasional.

Kompetisi bukan hanya sekadar mempertemukan satu klub dengan klub lain, tetapi ada tujuan lebih besar di belakangnya. Tujuan besar itu adalah memberi ajang kepada para pemain untuk semakin mengasah keterampilannya agar kemudian bisa terpilih ke dalam tim nasional.

Bahwa sekarang sepak bola menjadi industri, tetap akhirnya kompetisi itu akan bermuara ke tim nasional. Industrialisasi sepak bola hanya sekadar alat untuk bisa mengkapitalisasikan modal agar klub semakin mempunyai kemampuan untuk mengasah kemampuan para pemainnya dan dengan itu kemudian bisa memberi kontribusi yang maksimal kepada tim nasional.

BOPI tentunya mempunyai tanggung jawab untuk membuat klub menjadi semakin profesional dan juga pemain yang mengerti antara hak dan kewajibannya. BOPI harus muncul dengan pemikiran strategis untuk membuat profesionalisme olahraga di Indonesia berkembang dengan optimal.

Oleh karena itu BOPI tidak boleh menjadi sumber masalah. BOPI harus hadir sebagai pemecah masalah. Mereka memberikan kontribusi agar hambatan pembinaan olahraga di Indonesia bisa dipecahkan.
 
Seperti halnya PSSI, Liga Indonesia masih banyak memiliki kelemahan. Pengelola Liga Indonesia harus diberikan bantuan pemikiran dan pendampingan agar mampu menjadi organisasi yang profesional seperti organisasi sepak bola di negara lain.

Semangat untuk saling mendukung, itulah yang kita butuhkan sekarang ini. Bukan semangat saling melemahkan dan mengumbar kelemahan dari pihak lain.

Olahraga termasuk sepak bola harus menjadi model bagi munculnya sikap saling bekerja sama dan saling mengisi. Di saat negara ini sedang dihadapkan kepada pendekatan "bellum omnium contra omnes" atau kita hanya berkelahi satu dengan lainnya, olahraga seharusnya menawarkan pendekatan lain yaitu saling menopang.

Sesuai dengan semangat olahraga yang mendahulukan sportivitas, maka kita harus mau bersikap sportif. Semua dilakukan dengan terbuka tanpa ada yang harus ditutup-tutupi. Tidak boleh ada agenda lain kecuali mencari jalan keluar bagi perbaikan olahraga Indonesia.

Kita tidak boleh tutup mata terhadap kelemahan yang masih dalam penyelenggaraan Kompetisi ISL. Tetapi di sisi lain kita harus mengakui bahwa ISL merupakan satu-satunya kompetisi olahraga yang bersifat nasional. Seperti cita-cita pendiri PSSI Ir Soeratin, sepak bola merupakan cabang olahraga yang mampu mempersatukan Indonesia.
 
Hanya Kompetisi ISL yang memungkinkan pemain dari Papua bisa mengenal Aceh. Dengan pertandingan yang dilakukan secara bergantian, maka orang Sulawesi bisa tahu Sumatra, orang Sumatra bisa tahu Jawa, dan orang Jawa mengenal Kalimantan.

Sejauh ini peran yang diberikan negara sangat terbatas. Lapangan sepak bola jumlahnya sangat terbatas. Namanya stadion sepak bola tidaklah standar.

Kalau Kompetisi ISL bisa bergulir setiap tahun, itu hanya karena ada orang yang "gila bola" mau melakukannya. Kita tidak cukup hanya menyalahkan "orang gila bola" itu menggelar kompetisi, tetapi membantu mereka agar "kegilaan" itu tidak menjadi sia-sia.

Mari kita kritik terus pembinaan sepak bola kita. Tetapi berikan kritik yang membangun agar kemudian ada perbaikan yang bisa dilakukan, bukan hanya sekadar berhenti pada pilihan "boleh atau tidak boleh" saja menggelar kompetisi. (Suryopratomo) 

No comments:

Post a Comment