Friday, 17 April 2015

Catatan Ian Situmorang: La Nyalla-Jokdri Duet Favorit PSSI 2015-19

LA NYALLA - JD: PSSI 2015-19
Ian Situmorang, anggota Tim Sinergis Ad-hoc PSSI sekaligus Pemred Tabloid BOLA.

IF48 - Kota Pahlawan Surabaya kembali akan mencatat sejarah. Di sanalah akan dipilih siapa pimpinan PSSI empat tahun ke depan.

Wakil Presiden Jusuf Kalla akan hadir dan membuka Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI, Sabtu 18 April. Kehadiran Wapres sekaligus menghapus keraguan pelaksanaan KLB ini.

Kemelut seputar sepak bola nasional sempat mencuat. BOPI melarang dua klub, Arema Cronus dan Persebaya ikut kompetisi Liga Indonesia. Nyatanya Arema dan Persebaya tetap itu berlaga.

Menteri Pemuda dan Olah Raga, Imam Nahrawi juga membuat pernyataan. Imam mengusulkan agar KLB ditunda setelah SEA Games Singapura 5-16 Juni berakhir.

Situasi semakin keruh antara Menpora dengan PSSI. Menpora berkirim surat kepada FIFA. FIFA membalas surat Menpora dengan penekanan bahwa pemerintah tidak boleh intervensi.

Apa isi surat FIFA kepada Menpora tergolong serius. Kalau sampai Arema dan Persebaya dilarang ikut kompetisi. Ancamnya adalah, Indonesia dilarang ikut kegiatan internasional.

Hingga kapan perselisihan yang tidak produktif ini terjadi? Belum ada titik terang. Namun, PSSI tidak ingin terhenti bergulir walau tidak mendapat dukungan Menpora.

Sejatinya bila kerja sama Menpora dan PSSI seiring, maka prestasi akan tercapai. Pemerintah mengurus sarana dan prasarana, sedangkan PSSI konsentrasi meningkatkan kualitas.

Magnet Hebat

Mengherankan juga, kenapa tiba-tiba Menpora membentuk Tim-9, lalu menggairahkan BOPI mengulik PSSI. Padahal, problematik olah raga Indonesia sangat menumpuk. Ada SEA Games dan persiapan tuan rumah Asian Games 2018.

Gara-gara ini, sejumlah pegiat olah raga merasa gerah. Mereka mendirikan wadah yang dinamai Komite Olah Raga Profesional Nasional Indonesia (KOPNI).

Kesal pada Menpora, KOPNI mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo agar status Imam sebagai Menpora dicabut. Menpora terlalu sibuk mengurusi PSSI sehingga menelantarkan cabang lain.

Sudahlah. Itu sudah terjadi. Di depan mata ada KLB di Surabaya Sabtu ini. Seru, sebab ternyata mengurus PSSI merupakan magnet hebat menarik minat banyak tokoh.

Ada 9 orang lolos verifikasi menjadi calon Ketua Umum (Ketum). Kemudian 17 orang calon Waketum dan 44 calon komite eksekutif. Orang-orang ini pasti memiliki kapasitas menjadi komandan.

Maklum, ada kriteria mewajibkan kandidat minimal lima tahun berkecimpung mengurus sepak bola. Artinya, tidak ada calon yang ujuk-ujuk mau menjadi ketua.

Inilah mereka Achsanul Qosasih, Benhard Limbong, Djohar Arifin Husein, Joko Driyono (JD), La Nyalla Mattalitti, Muhammad Zein, Syarif Bastaman, Sarman El Hakim dan Subardi.

Duet Favorit

Saat ini ada trio yang aktif di PSSI merupakan kandidat Ketum, yaitu Djohar (Ketum), La Nyalla (Waketum) dan JD (Sekjen). Bagaimana rapor trio ini?

Lagi-lagi dari sudut pandang mana menilainya. Kalau parameter dari BOPI, maka organisasi PSSI mendapat nilai merah. Sedangkan dari kalangan PSSI dianggap sangat bagus.

Alat ukur sederhana kinerja PSSI adalah keberhasilan mengelola administrasi keuangan. Kemudian kompetisi berjalan baik setelah diterpa dualisme 2011.

PSSI kini sudah memiliki kantor berstandar internasional. Laporan keuangan juga menunjukkan tren positif dengan membukukan profit sebesar 27 miliar rupiah.

Ah…, keberhasilan tidak diukur karena punya kantor asri dan uang. Hal paling pokok dari organisasi olah raga adalah pencapaian prestasi.

Sejauh ini, PSSI belum berhasil merebut kembali medali emas SEA Games, Piala AFF hingga Asian Games. Kalau harapan ini sudah terpenuhi, barulah pengurus PSSI boleh bangga.

Menjelang pemilihan pengurus, terjadi manuver luar biasa. Saling melobi meloloskan jagoannya masing-masing. Tidak terkecuali Djohar yang membawa PSSI keluar dari zona semrawut.

Bagaimana peluang di Surabaya yang heboh sebelum pemilihan? Saya melihat peluang La Nyalla menjadi ketua berduet dengan JD sebagai sekjen sangat besar.

Boleh jadi duet ini pilihan ideal untuk masa tugas PSSI 2015-19. Bila lolos, maka hasil kerja Komite Adhoc Sinergi Sepak Bola Indonesia yang menyusun strategi lolos ke Piala Dunia 1930 akan langgeng.

Silakan berkompetisi, namun tetap mengedepankan makna fair play and respect. Dan jangan lupa: Kejar prestasi di lapangan rumput!. 

No comments:

Post a Comment