Ian Situmorang, anggota Tim Sinergis Ad-hoc PSSI sekaligus Pemred Tabloid BOLA. |
IF48 - Kota Pahlawan Surabaya kembali akan mencatat sejarah. Di sanalah akan dipilih siapa pimpinan PSSI empat tahun ke depan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla akan hadir dan membuka Kongres Luar Biasa
(KLB) PSSI, Sabtu 18 April. Kehadiran Wapres sekaligus menghapus
keraguan pelaksanaan KLB ini.
Kemelut seputar sepak bola nasional sempat mencuat. BOPI melarang dua
klub, Arema Cronus dan Persebaya ikut kompetisi Liga Indonesia. Nyatanya
Arema dan Persebaya tetap itu berlaga.
Menteri Pemuda dan Olah Raga, Imam Nahrawi juga membuat pernyataan. Imam
mengusulkan agar KLB ditunda setelah SEA Games Singapura 5-16 Juni
berakhir.
Situasi semakin keruh antara Menpora dengan PSSI. Menpora berkirim surat
kepada FIFA. FIFA membalas surat Menpora dengan penekanan bahwa
pemerintah tidak boleh intervensi.
Apa isi surat FIFA kepada Menpora tergolong serius. Kalau sampai Arema
dan Persebaya dilarang ikut kompetisi. Ancamnya adalah, Indonesia
dilarang ikut kegiatan internasional.
Hingga kapan perselisihan yang tidak produktif ini terjadi? Belum ada
titik terang. Namun, PSSI tidak ingin terhenti bergulir walau tidak
mendapat dukungan Menpora.
Sejatinya bila kerja sama Menpora dan PSSI seiring, maka prestasi akan
tercapai. Pemerintah mengurus sarana dan prasarana, sedangkan PSSI
konsentrasi meningkatkan kualitas.
Magnet Hebat
Mengherankan juga, kenapa tiba-tiba Menpora membentuk Tim-9, lalu
menggairahkan BOPI mengulik PSSI. Padahal, problematik olah raga
Indonesia sangat menumpuk. Ada SEA Games dan persiapan tuan rumah Asian
Games 2018.
Gara-gara ini, sejumlah pegiat olah raga merasa gerah. Mereka mendirikan
wadah yang dinamai Komite Olah Raga Profesional Nasional Indonesia
(KOPNI).
Kesal pada Menpora, KOPNI mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo
agar status Imam sebagai Menpora dicabut. Menpora terlalu sibuk
mengurusi PSSI sehingga menelantarkan cabang lain.
Sudahlah. Itu sudah terjadi. Di depan mata ada KLB di Surabaya Sabtu
ini. Seru, sebab ternyata mengurus PSSI merupakan magnet hebat menarik
minat banyak tokoh.
Ada 9 orang lolos verifikasi menjadi calon Ketua Umum (Ketum). Kemudian
17 orang calon Waketum dan 44 calon komite eksekutif. Orang-orang ini
pasti memiliki kapasitas menjadi komandan.
Maklum, ada kriteria mewajibkan kandidat minimal lima tahun berkecimpung
mengurus sepak bola. Artinya, tidak ada calon yang ujuk-ujuk mau
menjadi ketua.
Inilah mereka Achsanul Qosasih, Benhard Limbong, Djohar Arifin Husein,
Joko Driyono (JD), La Nyalla Mattalitti, Muhammad Zein, Syarif Bastaman,
Sarman El Hakim dan Subardi.
Duet Favorit
Saat ini ada trio yang aktif di PSSI merupakan kandidat Ketum, yaitu
Djohar (Ketum), La Nyalla (Waketum) dan JD (Sekjen). Bagaimana rapor
trio ini?
Lagi-lagi dari sudut pandang mana menilainya. Kalau parameter dari BOPI,
maka organisasi PSSI mendapat nilai merah. Sedangkan dari kalangan PSSI
dianggap sangat bagus.
Alat ukur sederhana kinerja PSSI adalah keberhasilan mengelola
administrasi keuangan. Kemudian kompetisi berjalan baik setelah diterpa
dualisme 2011.
PSSI kini sudah memiliki kantor berstandar internasional. Laporan
keuangan juga menunjukkan tren positif dengan membukukan profit sebesar
27 miliar rupiah.
Ah…, keberhasilan tidak diukur karena punya kantor asri dan uang. Hal
paling pokok dari organisasi olah raga adalah pencapaian prestasi.
Sejauh ini, PSSI belum berhasil merebut kembali medali emas SEA Games,
Piala AFF hingga Asian Games. Kalau harapan ini sudah terpenuhi, barulah
pengurus PSSI boleh bangga.
Menjelang pemilihan pengurus, terjadi manuver luar biasa. Saling melobi
meloloskan jagoannya masing-masing. Tidak terkecuali Djohar yang membawa
PSSI keluar dari zona semrawut.
Bagaimana peluang di Surabaya yang heboh sebelum pemilihan? Saya melihat
peluang La Nyalla menjadi ketua berduet dengan JD sebagai sekjen sangat
besar.
Boleh jadi duet ini pilihan ideal untuk masa tugas PSSI 2015-19. Bila
lolos, maka hasil kerja Komite Adhoc Sinergi Sepak Bola Indonesia yang
menyusun strategi lolos ke Piala Dunia 1930 akan langgeng.
Silakan berkompetisi, namun tetap mengedepankan makna fair play and respect. Dan jangan lupa: Kejar prestasi di lapangan rumput!.
No comments:
Post a Comment