Tentu saja, BVSports sebagai media right licensee ISL selama 10 musim (terhitung mulai 2014) beserta MNC Group sebagai salah satu licensed broadcaster musim ini sangat berang dengan sikap arogansi Kemenpora di bawah pimpinan Imam Nahrawi. Mereka khawatir, operator liga versi tim transisi bentukan Kemenpora nantinya akan berdampak pada kontrak yang selama ini dijalankan.
"Mereka (Kemenpora) seolah-olah tidak mengerti jika tindakan mereka menunjuk operator liga "tandingan" juga akan berdampak pada kontrak dengan sponsor termasuk juga pemegang hak siar. Karena kontrak yang kami pegang untuk durasi 10 musim dilakukan atas kesepakatan antara kami dengan PT Liga, bukan mereka. Tentu saja kami berharap agar 18 klub tetap konsisten bersama PT Liga," ujar Rahadi Arsyad mewakili pihak BVSports.
Perwakilan dari MNC Group, Dini Putri, yang menjabat sebagai Direktur Programming RCTI dan Global TV juga ikut merasakan dampak yang ditimbulkan oleh sikap arogansi Kemenpora.
"Kami merasa sangat dirugikan dengan manuver Kemenpora yang banyak melakukan tindakan blunder. Betapa tidak, dengan berubahnya jadwal pertandingan ISL, kami harus memutar otak untuk melakukan re-schedule terhadap jadwal program yang sudah kami siapkan. Bahkan kami sudah planning 4 laga untuk disiarkan live oleh RCTI dan Global TV pada weekend ini (25-26 April), namun tiba-tiba laga batal dihelat karena adanya surat dari Kemenpora kepada Mabes Polri. Kami berharap agar PSSI terus memperjuangkan gugatan ke PTUN untuk melawan arogansi Kemenpora," kata beliau.
"Selama kami (MNC Media) menjalani kontrak dengan BVSports terkait hak siar ISL, antara kedua belah pihak tidak ada masalah yang serius, bahkan tidak pernah melakukan pelanggaran kontrak sepeserpun. Namun kami juga tidak mau ada pihak ketiga yang mengganggu komitmen kami bersama BVSports," tambah beliau.
No comments:
Post a Comment